Jumat, 28 November 2014

Fundamental Agama

FUNDAMENTAL AGAMA

·         Unsur fundamental agama dapat diketahui, salah satu caranya, dengan pendekatan fenomenologi. Metode fenomenologi dikenalkan oleh Edmund Huserl (1859-1938). Semboyan fenomenologi adalah zu den sachen selbst (kembali kepada hal-hal itu sendiri). Pendekatan fenomenologi berusaha menemukan kembali pengalaman dasariah dan asli, yang utuh, bebas nilai dan kaya isi, tentang sesuatu hal atau perkara. Untuk mendapatkan pemahaman yang representatif dan memuaskan tentang suatu hal, segala doktrin dan teori tentang hal itu harus dilepaskan.

·         Usaha menemukan unsur fundamental sesuatu hal, melalui pendekatan fenomenologi, dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, fenomena sesuatu hal diselidiki sejauh disadari secara langsung dan spontan. Kedua, fenomena sesuatu hal diselidiki hanya sejauh ada sebagai bagian dari dunia yang dihayati secara keseluruhan. Menurut prinsip-prinsip itu, segala fenomena sesuatu hal dan segala pemahaman tentang fenomenanya itu dianalisis. Segala penyempitan atau reduksi dan interpretasi yang berat sebelah disingkirkan, sehingga ditemukan unsur fundamental.



PERMASALAHAN  YANG TERJADI :

1.      Fenomenologi Huserl menentang habis-habisan tradisi pemikiran yang telah dikembangkan sejak Descartes hingga Hegel. Jika selama itu, pengetahuan dikembangkan lewat konstruksi spekulatif dalam akal budi, maka bagi Huserl, pengetahuan yang sesungguhnya adalah kehadiran data dalam kesadaran akal budi, bukan rekayasa pikiran untuk membentuk teori.
Fenomenologi Huserl menekankan pentingnya suatu metode yang tidak memalsukan fenomena, melainkan dapat mendeskripsikan seperti penampilannya. Fenomena yang dimaksud oleh Huserl adalah kehadiran data dalam kesadaran, atau hadirnya sesuatu tertentu dengan cara tertentu dalam kesadaran kita. Fenomena dapat berupa hasil rekaan atau sesuatu yang nyata, gagasan maupun kenyataan. Pendapat Huserl tentang fenomena bukan berarti dia berpihak kepada idealisme atau realisme, juga bukan mensintesiskan keduanya. Fenomenologi Huserl justru bersifat pra-teoritik. Fenomenologi justru menempati posisi sebelum ada pembedaan antara idealisme dan realisme
Yang paling penting dalam reduksi bukan menaruh dunia dalam kurung, tetapi segala teori dan interpretasi tentang dunia. Huserl menekankan aspek positif dalam reduksi. Reduksi bukan saja berpaling dari segala teori tentang dunia, tetapi juga berpaling kepada sesuatu, yakni kesadaran atau aku transcendental.
B.Unsur-unsur Fundamental Agama

Pertama, di dalam agama-agama terdapat unsur-unsur yang sama di samping tentunya perbedaan-perbedaan. Sebagai misal, pengamatan terhadap gejala yang berupa kultus peribadatan menunjukkan bahwa semua agama meyakini adanya kenyataan lain. Semua umat beragama menekankan loyalitas terhadap Tuhan. Keyakinan ketuhanan merupakan unsur fundamental agama yang mempengaruhi segala bentuk ekspresi keagamaan sesorang.


Kedua, dalam setiap agama terdapat orde, yakni suatu norma yang terkait dengan misi utama agama. Orde dapat bersifat kosmis maupun etis. Orde biasanya bersumber dari gnostik, yakni pengetahuan dan atau pengalaman keagamaan. Pengetahuan dan atau pengalaman keagamaan pada agama kesukuan dapat terjadi karena mythe, sementara dalam agama profetis pengetahuan dan atau pengalaman keagamaan diperoleh, salah satu caranya, lewat wahyu /kitab suci. Pengetahuan dan atau pengalaman keagamaan merupakan unsur fundamental agama.

Ketiga, setiap agama mengakui adanya ketidaksempurnaan di dunia ini. Meskipun, penjelasan tentang sebab ketidaksempurnaan berbeda-beda dalam setiap agama. Agama, dalam hal ini, menawarkan suatu jalan keluar dari ketidaksempurnaan  melalui ritual-ritual. Setiap agama, dengan demikian, berorientasi pada penyelamatan. Pemahaman dan pengakuan tentang ketidaksempurnaan dunia serta orientasi penyelamatan mengandaikan dan membawa manusia kepada keyakinan tentang dunia lain yang sempurna setelah dunia ini, umat beragama meyakini tentang  kehidupan  jiwa manusia setelah kehidupan di dunia ini. Keyakinan tentang immortalitas jiwa merupakan unsur fundamental agama. Keyakinan immortalitas jiwa sering menjadi jaminan bagi moral.


Keempat, dalam setiap agama terdapat orientasi etis-sosial. Agama selalu sosial, meskipun agama bermula dari pengakuan keagamaan yang individual. Orientasi etis-sosial agama sangat terkait dengan orde dan pandangan baik buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar